Kisah Nabi
Sulaiman AS
Nabi Sulaiman As adalah putera Raja Nabi Daud As yang sangat
kesohor. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan
tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di
dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan sesuai dengan isi surat
Al-Anbiya 78-79. Membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman
yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di
masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman.
Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari Daud.
Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan
perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa
pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah
kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman
mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan
menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang
tampak bermalas-malas saat bekerja. Lalu ia memeriksa binatang dan berkata
kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak,
apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya kerana penyediaan, makanan tidak
layak, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa
puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum
lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya
sehingga ia mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata:
'Mengapa aku tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)
Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai
penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka
Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan
Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya.
Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:
"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS.
an-Naml: 20)
Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk
berkata kepada Sulaiman: "Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada
bersamaku kelmarin untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin
misi itu namun hud-hud belum datang. Oleh kerana itu, aku tidak pergi
bersamanya." Burung itu tampak gementar ketakutan. Sulaiman mengetahui
bahawa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya.
Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak
memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:
"Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan
azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar
datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. an-Naml: 21)
Kawanan burung mengetahui bahawa Sulaiman sedang marah
dan telah menetapkan untuk menyeksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru
memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat
menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahawa ia
melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar
sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah - meskipun beliau
terkenal dengan kasih sayangnya - maka kemarahannya kerana membela kebenaran,
kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor
burung tampak gementar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau
menghulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga
burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang.
Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju
istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud
menjadi bahagian penting dari badan perisikan. Apakah ia pergi untuk menyingkap
sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah
memperhatikan dan mengetahui bahawa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik
dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang
bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud memakami
bahawa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan antara waktu
serius dan waktu bermain.
Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud
tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah
engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahawa engkau telah
sampai, maka jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui
Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil, makan. Hud-hud berdiri dan
telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau
bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahawa ia melaksanakan
tugas penting. Hud-hud berkata:
"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud),
lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya;
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini."
(QS. an-Naml: 22)
Aku adalah hud-hud yang miskin,
tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang
kepadamu dari kerajaan Saba' dengan membawa berita yang sangat penting.
Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:
"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang
memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai
singgahsana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari,
selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga
mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)
Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahawa
hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya.
Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia
dan burung:
"Agar mereka tidak menyembah Allah Yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar." (QS.
an-Naml: 25-26)
Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan
pemimpin kita Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang
Sulaiman dan agar beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil
menunjukkan senyuman manis di wajahnya:
"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu
termasuk orang- orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)
Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi
yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam.
Sulaiman terdiam kerana berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu,
beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman
segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta
memerintahkannya:
"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu
jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu
perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS. an-Naml: 28)
Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah
an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu.
Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia
sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para
menterinya:
"Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar,
sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya
surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahawa janganlah kalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah
diri.'" (QS. an-Naml: 29- 31)
Dalam surat Sulaiman itu disebutkan,
hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman
memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak
mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman
hanya memerintahkan bahawa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung
kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya
memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba' menyampaikan
surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:
"Berkata dia (Balqis): 'Hai putera para pembesar,
berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan
sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku).'" (QS. an- Naml:
32)
Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah
menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba' di
mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahawa di sana ada orang yang
mencuba menentang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia
meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya
peperangan dan kekalahan:
"Mereka menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang
memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam
peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang
akan kamu perintahkan." (QS. an-Naml: 33)
Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk
melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik
daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih
dan lebih hati-hati. Ia berusaha seboleh mungkin menghindari peperangan. Ratu
itu berfikir dalam tempo yang lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun
belum pernah mendengarnya. Oleh kerana itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya.
Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi
kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di
sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali
ia mengira bahawa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga
Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan
cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk
menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang
besar. Ratu mengira bahawa Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia
telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.
Para utusan pergi dengan membawa
hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan
Sulaiman dan akan mengetahui kondisi kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu
ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu
keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu
ia berbicara kepada pembesar istananya bahawa ia dapat menyingkap niat jahat
raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara
tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar
istananya, dan untuk sementara ia menghilangkan ide berperang, kerana para raja
jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling
banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa
puasa dengan fikirannya itu. Allah s.w.t berfirman:
"Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila
memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan
(membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh
utusan-utusan itu.'" (QS. an-Naml: 34- 35)
Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi
Sulaiman. Para badan perisikannya memberitahunya bahawa para utusan Balqis
datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahawa ratu itu
sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi
tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya
kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.
Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang
dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak
tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya
dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak berarti. Emas
yang mereka bawa tampak tidak berarti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang
terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta
dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan
menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai
berfikir tentang kekuatan dan kualiti pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya
mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan
tentera dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahawa
mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.
Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para
utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan, makan. Para utusan itu sangat
terkejut ketika melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di
depannya, dan di antara, makanan itu pun terdapat, makanan yang biasa di
temukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahawa, makanan itu memiliki
rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan
dijadikan tempat, makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh laki-laki
yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja,
makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka
tidak mampu lagi membedakannya. Sulaiman tidak makan bersama mereka tetapi
beliau, makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan
roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya.
Sulaiman, makan bersama mereka dalam keadaan diam.
Mereka merasa bahawa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar
biasa. Selesailah jamuan, makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka
menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi
mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di
hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu
itu dan berkata:
"Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman,
Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang
diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu;
tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)
Raja Sulaiman menyingkap dengan kata-katanya yang
singkat itu - penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu
bahawa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah
itu. Yang membuatnya puas hanya: "Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku
dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "
Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:
"Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan
mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan
pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan
mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an- Naml: 37)
Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah
terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau
menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian.
Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana
ratu. Mereka memberitahu bahawa negeri mereka ada di hujung tanduk. Mereka
menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu
melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahawa ia harus mengunjunginya dan melihat
sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman.
Sulaiman duduk di kerusi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para
menterinya serta para komandan pasukan. Beliau berfikir tentang Balqis.
Sulaiman mengetahui bahawa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa
takut. Sulaiman berfikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah. Ia memikirkan
bagaimana informasi yang diterima badan perisikannya tentang kemajuan kerajaan
Balqis dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Sulaiman bertanya kepada
dirinya sendiri, apakah kemajuan menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran,
apakah ratu itu gembira dengan kekuatan yang dicapainya dan ia membayangkan
bahawa kekuatan adalah?
Dengan kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin
membuat kejutan agar ratu mengetahui bahawa Islam yang diyakini oleh Sulaiman
adalah satu-satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki,
sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari
berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan
yang diraihnya.
Para perisik Sulaiman telah memberitahunya bahawa hal
yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', yaitu
singgahsana ratu Balqis. Singgahsana itu terbuat dari emas dan batu mulia;
singgahsana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana
mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh kerana itu, sangat tepat bila
Sulaiman menghadirkan singgahsana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu
tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya
dan menunjukkan bahawa kemampuannya tersebut yang berlandaskan pada
keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu
tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu ia mengangkat
kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:
"Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar,
siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku
sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'"
(QS. an-Naml: 38)
Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut.
Semua pemikirannya berkisar tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang
bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah s.w.t.
Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin
yang Allah s.w.t telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:
"Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:
'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu
berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya
lagi dapat dipercaya.'" (QS. an-Naml: 39)
Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam
atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgahsana
Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis
terletak di Yaman. Jarak antara singgahsana tersebut dan singgahsana Sulaiman
lebih dari ribuan juta. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita
kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu
satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan jin yang
misteri.
Sulaiman tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa
yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain
yang mampu menghadirkan singgahsana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman
menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:
"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari
al-Kitab: 'Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.',
maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, ia pun
berkata: 'Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku, apakah aku bersyukur
atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS.
an-Naml: 40)
Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgahsananya;, maka
kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang
tidak mengenalnya.'" (QS. an-Naml: 41)
Sulaiman memerintahkan agar dibangun istana yang akan
digunakan untuk menyambut Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia
memerintahkan agar dibangun suatu istana di mana sebahagian besarnya terdiri
dari air laut. Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca
yang tebal dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan
membayangkan bahawa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang dan ia
melihat rumput-rumput laut yang bergerak.
Akhirnya, selesailah pembangunan istana itu, dan
saking bersihnya kaca yang terbuat darinya tanah kamarnya sehingga tampak di
sana tidak ada kaca. Hud-hud memberitahu Sulaiman bahawa Balqis telah sampai di
dekat kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Quran tidak menyebutkan keadaan
Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Quran justru menunjukkan dua sikap
Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali melihat
singgahsananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah meninggalkan
pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua keadaannya di depan
tanah istana yang penuh dengan permata yang berenang di bawahnya ikan-ikan:
"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah
kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana
ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah
orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)
Ayat tersebut menggambarkan kondisi dialog antara
Sulaiman dan Balqis. Balqis melihat singgahsananya dan ia tercengang saat
mengetahui bahawa itu adalah singgahsananya, namun ia kemudian mulai ragu
kerana melihat tidak sepenuhnya itu singgahsananya. Jika itu benar-benar
singgahsananya, lalu bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan
singgahsananya, maka bagaimana Sulaiman dapat meniru se persis dan se teliti
ini. Sulaiman berkata saat melihat Balqis mengamati singgahsananya:
"Apakah ini singgahsanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat
Balqis menjawab: "Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami
telah diberi ilmu sebelumnya dan kami sebagai orang- orang Muslim."
Melalui penyataannya itu, Sulaiman ingin
mengisyaratkan kepada Balqis agar ia membandingkan antara keyakinannya berserta
ilmu yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman yang Muslim berserta pengetahuan
yang diraihnya. Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai
oleh Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan
keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu kerana
keislamannya. kerana itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis dalam
ilmu-ilmu yang lain.
Demikianlah yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman
kepada Balqis. Ratu Saba' itu mengetahui bahawa ini adalah singgahsananya di
mana singgasana itu datang lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bahagian
dirinya telah diubah. Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia
berfikir: kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang
melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan Sulaiman dan
hubungannya dengan Allah s.w.t. Sebagaimana Balqis tercengang ketika melihat
kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka ia lebih kagum lagi
saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman Sulaiman dan ilmunya serta
kemajuannya:
"Dan apa yang disembahnya selama ini selain
Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya) kerana sesungguhnya dia
terdahulu termasuk orang-orang yang kafir." (QS. an-Naml: 43)
Bergoncanglah dalam benak Balqis ribuan hal. Ia
melihat keyakinan kaumnya runtuh di hadapan Sulaiman; ia menyedari matahari
yang disembahnya merupakan ciptaan Allah s.w.t di mana Dia menggerakkannya
untuk hamba-hamba-Nya. Lalu terbitlah matahari kebenaran pada dirinya. Hatinya
diterangi oleh cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya
matahari. Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat
untuk mengumumkan keislamannya. Allah s.w.t berfirman:
"Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam
istana.', maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang
besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia
adalah istana licin yang terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)
Dikatakan kepada Balqis masuklah ke dalam istana.
Ketika ia masuk, maka ia tidak menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air
sehingga ia mengira akan bersinggungan dengan air laut lalu ia menyingkap
sedikit bajunya agar bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya - tanpa
melihat - agar ia tidak khuatir terhadap pakaiannya kerana pakaiannya tidak
akan basah, sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang saking
halusnya hingga ia tidak tampak. Pada kesempatan itulah Balqis mengumumkan
keislamannya. Ia mengakui kelaliman dirinya dan ia menyatakan penyerahan diri
kepada Sulaiman dan kepada Allah s.w.t Tuhan alam semesta. Lalu kaumnya pun
mengikutinya dan mereka memeluk Islam. Balqis menyedari ia berhadapan dengan
penguasa yang terbesar di bumi dan salah satu Nabi Allah s.w.t yang mulia.
Untuk pertama kalinya wajah Sulaiman tampak dihiasi dengan senyuman yang
menunjukkan kepuasannya sejak Balqis mengunjunginya. Demikianlah, Sulaiman
mewujudkan kejayaannya yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.
Al-Quran tidak menyebutkan kisah Balqis setelah
keislamannya. Para ahli tafsir mengatakan bahawa ia menikah dengan Sulaiman.
Selain itu, ada yang mengatakan bahawa ia menikah dengan salah satu orang dekat
Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahawa sebahagian raja Habsyah adalah
keturunan dari buah perkahwinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu
kerana Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh
kerana itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak
diketahui oleh seseorang pun.
Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan
di muka bumi, kemudian Allah s.w.t menetapkan kematian baginya. Sebagaimana
kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan
keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran
Allah s.w.t yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahawa kematiannya sesuai
dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah s.w.t berfirman tentang
kematian Sulaiman:
"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian
Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali
rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin
bahawa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan
tetap dalam siksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)
Nabi Sulaiman
mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang
menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi
Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih
sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan
burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi
Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya
pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung
serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun
berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah s.w.t
memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya,
begitu juga angin dan burung. Terbukti dari firman Allah yang berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada
Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang
melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman
telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian
tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini
benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
Nabi
Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tenteranya dari kalangan manusia dan
tenteranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya
terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk
menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk
rasa rendah diri dan syukur kepada Allah s.w.t. Pada suatu hari ia berjalan di
depan tenteranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada
temannya dari kalangan semut:
"Hingga
apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai
semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh
Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari';, maka dia tersenyum
kerana (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: 'Ya Tuhanku, berilah
aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan
kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal
soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam
golongan hamba-hamba-Mu yang soleh." (QS. an-Naml: 18-19)
Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut
yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut
tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman
memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu
pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari
beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga kerananya ia tidak dapat
tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui
bahwa jin adalah makhluk Allah s.w.t dan manusia tidak mampu melihatnya atau
menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi
Allah s.w.t kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai
tentera di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai
pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada
pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan
merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan
burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. Kita mengetahui
bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari
informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah
peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh
kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan
musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah s.w.t juga menundukkan angin untuk
Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin
bersama tenteranya.
Sekarang, kita
mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha
memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun
ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah s.w.t memberikan kemampuan ini
kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi
kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan
udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara.
Barangkali mukjizat ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman menjadi sebab
kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding. Allah s.w.t
berfirman:
"Dan
dihimpunkan kepada Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu
mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)
"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang
berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami
tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam,
dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka
berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan
tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat
pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)
Kita akan mengetahui bahawa Sulaiman akan meninggalkan
ide untuk menggunakan kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu
hari dibuatnya lupa pada solat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka
mencapai redha Allah s.w.t, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup
sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang
diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah s.w.t berikan kepada
Sulaiman, Allah s.w.t juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para
nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. syaitan adalah
salah satu bahagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok
ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun
tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah s.w.t telah memberinya
kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya
dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.
syaitan membangun untuk Sulaiman istana dan
patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di
dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan takut untuk Sulaiman. Jika ada di
antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya
dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana
ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin
atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah s.w.t berfirman:
"Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di
hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang
menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab
neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di
atas tungku)." (QS. Saba': 12)
Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak
tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan
agung ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan
sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling
banyak bersyukur di zamannya.
Allah s.w.t berfirman tentang Sulaiman:
"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia
amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan
Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah
kerana sakit)" (QS. Shad: 34)
Sakit yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti
jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu
yang kehilangan kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad kerana
saking kerasnya penyakit yang dideritanya.
"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)
Lalu Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta
pertolongan dengan rahmat Allah s.w.t lalu Allah s.w.t menyembuhkannya dan
merahmatinya.