Kisah Nabi Sulaiman AS


Kisah Nabi Sulaiman AS
Nabi Sulaiman As adalah putera Raja Nabi Daud As yang sangat kesohor. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan sesuai dengan isi surat Al-Anbiya 78-79. Membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari­ Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang tampak bermalas-malas saat bekerja. Lalu ia memeriksa binatang dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya kerana penyediaan, makanan tidak layak, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya sehingga ia mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku  tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)
Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:
"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS. an-Naml: 20)
Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman: "Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku kelmarin untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin misi itu namun hud-hud belum datang. Oleh kerana itu, aku tidak pergi bersamanya." Burung itu tampak gementar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahawa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:
"Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. an-Naml: 21)
Kawanan burung mengetahui bahawa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan untuk menyeksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahawa ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah - meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya - maka kemarahannya kerana membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gementar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau menghulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang.
Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud menjadi bahagian penting dari badan perisikan. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah memperhatikan dan mengetahui bahawa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud memakami bahawa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan antara waktu serius dan waktu bermain.

Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahawa engkau telah sampai, maka jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil, makan. Hud-hud berdiri dan telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahawa ia melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:
"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini." (QS. an-Naml: 22)
Aku adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba' dengan membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:
"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)
Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahawa hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:
"Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar." (QS. an-Naml: 25-26)

Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan pemimpin kita Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil menunjukkan senyuman manis di wajahnya:
"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang- orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)
Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam kerana berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta memerintahkannya:
"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS. an-Naml: 28)
Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya:
"Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahawa janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 29- 31)
Dalam surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya memerintahkan bahawa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba' menyampaikan surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:
"Berkata dia (Balqis): 'Hai putera para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku).'" (QS. an- Naml: 32)

Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba' di mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahawa di sana ada orang yang mencuba menentang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya peperangan dan kekalahan:

"Mereka menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan." (QS. an-Naml: 33)

Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha seboleh mungkin menghindari peperangan. Ratu itu berfikir dalam tempo yang lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh kerana itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali ia mengira bahawa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu mengira bahawa Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.

Para utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui kondisi kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahawa ia dapat menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk sementara ia menghilangkan ide berperang, kerana para raja jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa puasa dengan fikirannya itu. Allah s.w.t berfirman:

"Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.'" (QS. an-Naml: 34- 35)

Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan perisikannya memberitahunya bahawa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahawa ratu itu sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.

Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak berarti. Emas yang mereka bawa tampak tidak berarti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berfikir tentang kekuatan dan kualiti pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentera dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahawa mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.

Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan, makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan di antara, makanan itu pun terdapat, makanan yang biasa di temukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahawa, makanan itu memiliki rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan dijadikan tempat, makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh laki-laki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja, makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka tidak mampu lagi membedakannya. Sulaiman tidak makan bersama mereka tetapi beliau, makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya.

Sulaiman, makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahawa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah jamuan, makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu dan berkata:

"Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)

Raja Sulaiman menyingkap dengan kata-katanya yang singkat itu - penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahawa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. Yang membuatnya puas hanya: "Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "

Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:

"Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an- Naml: 37)

Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana ratu. Mereka memberitahu bahawa negeri mereka ada di hujung tanduk. Mereka menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahawa ia harus mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kerusi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para komandan pasukan. Beliau berfikir tentang Balqis. Sulaiman mengetahui bahawa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa takut. Sulaiman berfikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah. Ia memikirkan bagaimana informasi yang diterima badan perisikannya tentang kemajuan kerajaan Balqis dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Sulaiman bertanya kepada dirinya sendiri, apakah kemajuan menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran, apakah ratu itu gembira dengan kekuatan yang dicapainya dan ia membayangkan bahawa kekuatan adalah?

Dengan kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu mengetahui bahawa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu-satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan yang diraihnya.

Para perisik Sulaiman telah memberitahunya bahawa hal yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', yaitu singgahsana ratu Balqis. Singgahsana itu terbuat dari emas dan batu mulia; singgahsana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh kerana itu, sangat tepat bila Sulaiman menghadirkan singgahsana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya dan menunjukkan bahawa kemampuannya tersebut yang berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu ia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:

"Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 38)

Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah s.w.t. Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang Allah s.w.t telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:

"Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.'" (QS. an-Naml: 39)

Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgahsana Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis terletak di Yaman. Jarak antara singgahsana tersebut dan singgahsana Sulaiman lebih dari ribuan juta. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan jin yang misteri.

Sulaiman tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain yang mampu menghadirkan singgahsana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: 'Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.', maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: 'Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. an-Naml: 40)
Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgahsananya;, maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'" (QS. an-Naml: 41)

Sulaiman memerintahkan agar dibangun istana yang akan digunakan untuk menyambut Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia memerintahkan agar dibangun suatu istana di mana sebahagian besarnya terdiri dari air laut. Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca yang tebal dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan membayangkan bahawa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang dan ia melihat rumput-rumput laut yang bergerak.

Akhirnya, selesailah pembangunan istana itu, dan saking bersihnya kaca yang terbuat darinya tanah kamarnya sehingga tampak di sana tidak ada kaca. Hud-hud memberitahu Sulaiman bahawa Balqis telah sampai di dekat kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Quran tidak menyebutkan keadaan Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Quran justru menunjukkan dua sikap Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali melihat singgahsananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah meninggalkan pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua keadaannya di depan tanah istana yang penuh dengan permata yang berenang di bawahnya ikan-ikan:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)

Ayat tersebut menggambarkan kondisi dialog antara Sulaiman dan Balqis. Balqis melihat singgahsananya dan ia tercengang saat mengetahui bahawa itu adalah singgahsananya, namun ia kemudian mulai ragu kerana melihat tidak sepenuhnya itu singgahsananya. Jika itu benar-benar singgahsananya, lalu bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan singgahsananya, maka bagaimana Sulaiman dapat meniru se persis dan se teliti ini. Sulaiman berkata saat melihat Balqis mengamati singgahsananya: "Apakah ini singgahsanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat Balqis menjawab: "Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami telah diberi ilmu sebelumnya dan kami sebagai orang- orang Muslim."

Melalui penyataannya itu, Sulaiman ingin mengisyaratkan kepada Balqis agar ia membandingkan antara keyakinannya berserta ilmu yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman yang Muslim berserta pengetahuan yang diraihnya. Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai oleh Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu kerana keislamannya. kerana itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis dalam ilmu-ilmu yang lain.

Demikianlah yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman kepada Balqis. Ratu Saba' itu mengetahui bahawa ini adalah singgahsananya di mana singgasana itu datang lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bahagian dirinya telah diubah. Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia berfikir: kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan Sulaiman dan hubungannya dengan Allah s.w.t. Sebagaimana Balqis tercengang ketika melihat kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka ia lebih kagum lagi saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman Sulaiman dan ilmunya serta kemajuannya:

"Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya) kerana sesungguhnya dia terdahulu termasuk orang-orang yang kafir." (QS. an-Naml: 43)

Bergoncanglah dalam benak Balqis ribuan hal. Ia melihat keyakinan kaumnya runtuh di hadapan Sulaiman; ia menyedari matahari yang disembahnya merupakan ciptaan Allah s.w.t di mana Dia menggerakkannya untuk hamba-hamba-Nya. Lalu terbitlah matahari kebenaran pada dirinya. Hatinya diterangi oleh cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya matahari. Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan keislamannya. Allah s.w.t berfirman:

"Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.', maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)

Dikatakan kepada Balqis masuklah ke dalam istana. Ketika ia masuk, maka ia tidak menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air sehingga ia mengira akan bersinggungan dengan air laut lalu ia menyingkap sedikit bajunya agar bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya - tanpa melihat - agar ia tidak khuatir terhadap pakaiannya kerana pakaiannya tidak akan basah, sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang saking halusnya hingga ia tidak tampak. Pada kesempatan itulah Balqis mengumumkan keislamannya. Ia mengakui kelaliman dirinya dan ia menyatakan penyerahan diri kepada Sulaiman dan kepada Allah s.w.t Tuhan alam semesta. Lalu kaumnya pun mengikutinya dan mereka memeluk Islam. Balqis menyedari ia berhadapan dengan penguasa yang terbesar di bumi dan salah satu Nabi Allah s.w.t yang mulia. Untuk pertama kalinya wajah Sulaiman tampak dihiasi dengan senyuman yang menunjukkan kepuasannya sejak Balqis mengunjunginya. Demikianlah, Sulaiman mewujudkan kejayaannya yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.

Al-Quran tidak menyebutkan kisah Balqis setelah keislamannya. Para ahli tafsir mengatakan bahawa ia menikah dengan Sulaiman. Selain itu, ada yang mengatakan bahawa ia menikah dengan salah satu orang dekat Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahawa sebahagian raja Habsyah adalah keturunan dari buah perkahwinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu kerana Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh kerana itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak diketahui oleh seseorang pun.

Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian Allah s.w.t menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahawa kematiannya sesuai dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah s.w.t berfirman tentang kematian Sulaiman:

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahawa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)

 Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah s.w.t memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung. Terbukti dari firman Allah yang berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
Nabi Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tenteranya dari kalangan manusia dan tenteranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah s.w.t. Pada suatu hari ia berjalan di depan tenteranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:
"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari';, maka dia tersenyum kerana (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: 'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh." (QS. an-Naml: 18-19)
 Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga kerananya ia tidak dapat tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahwa jin adalah makhluk Allah s.w.t dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah s.w.t kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai tentera di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. Kita mengetahui bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah s.w.t juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tenteranya.
Sekarang, kita mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah s.w.t memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding. Allah s.w.t berfirman:
"Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)
"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)

Kita akan mengetahui bahawa Sulaiman akan meninggalkan ide untuk menggunakan kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu hari dibuatnya lupa pada solat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka mencapai redha Allah s.w.t, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, Allah s.w.t juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. syaitan adalah salah satu bahagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.

syaitan membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan takut untuk Sulaiman. Jika ada di antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah s.w.t berfirman:

"Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya.
Allah s.w.t berfirman tentang Sulaiman:
"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit)" (QS. Shad: 34)

Sakit yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad kerana saking kerasnya penyakit yang dideritanya.

"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)

Lalu Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta pertolongan dengan rahmat Allah s.w.t lalu Allah s.w.t menyembuhkannya dan merahmatinya.



Kisah Nabi Sulaiman AS

0


Kisah Nabi Sulaiman AS
Nabi Sulaiman As adalah putera Raja Nabi Daud As yang sangat kesohor. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan sesuai dengan isi surat Al-Anbiya 78-79. Membuka lembaran-lembaran sejarah kehidupan Nabi Sulaiman yang diungkap oleh Al-Quran, maka kita akan mengetahui bahwa kita berada di masa keemasan Bani Israil, yaitu masa Nabi mereka dan penguasa mereka Sulaiman. Sulaiman tidak merasa puas dengan apa yang telah diwarisinya dari­ Daud. Ambisinya mendorongnya untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar.
Pada suatu hari, Nabi Sulaiman mengeluarkan perintahnya kepada pasukannya untuk bersiap-siap. Sulaiman keluar memeriksa pasukannya. Satu demi satu pasukannya ditelitinya. Kelompok yang pertama adalah kelompok manusia. Sulaiman memperhatikan kesiapan mereka, lalu Sulaiman mengeluarkan perintah-perintahnya. Kemudian Sulaiman memeriksa kelompok jin dan menyampaikan perintah-perintahnya kepada mereka. Beliau memenjarakan jin yang tampak bermalas-malas saat bekerja. Lalu ia memeriksa binatang dan berkata kepada mereka, apakah mereka sudah, makan dengan baik dan tidur dengan nyenyak, apakah ada yang mengadu kepadanya, misalnya kerana penyediaan, makanan tidak layak, apakah di sana ada yang sakit, dan sebagainya. Ketika Sulaiman merasa puas dengan semuanya, Sulaiman memasuki tenda tempat berkumpulnya burung. Belum lama Sulaiman memasuki tenda tersebut dan mengamat-amati keadaan di sekitarnya sehingga ia mengetahui burung yang tidak hadir yaitu Hud-hud:
"Dan dia memeriksa burung-burung lalu berkata: 'Mengapa aku  tidak melihat hud-hud." (QS. an-Naml: 20)
Burung-burung yang lain tampak terdiam sebagai penghormatan dan akan mendengarkan apa yang akan dikatakan pemimpin mereka Sulaiman. Beliau mengarahkan pandangannya pada semua burung dan tidak menemukan Hud-hud di antara mereka. Tak seekor burung pun yang mengetahui keberadaannya. Sulaiman mulai menampakkan kemarahannya:
"Apakah dia termasuk yang tidak hadir?" (QS. an-Naml: 20)
Tiba-tiba seekor burung kecil memberanikan diri untuk berkata kepada Sulaiman: "Wahai Nabi yang mulia, seharusnya hud-hud ada bersamaku kelmarin untuk melaksanakan tugas penyelidikan. Ia adalah pemimpin misi itu namun hud-hud belum datang. Oleh kerana itu, aku tidak pergi bersamanya." Burung itu tampak gementar ketakutan. Sulaiman mengetahui bahawa hud-hud tidak hadir, dan tak seorang pun mengetahui kepergiannya. Hud-hud pergi tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada Sulaiman dan tidak memberitahu di mana keberadaannya. Dalam keadaan marah, Sulaiman berkata:
"Sungguh aku benar-benar akan mengazabnya dengan azab yang keras, atau benar-benar menyembelihnya kecuali jika ia benar-benar datang kepadaku dengan alasan yang jelas." (QS. an-Naml: 21)
Kawanan burung mengetahui bahawa Sulaiman sedang marah dan telah menetapkan untuk menyeksa hud-hud atau menyembelihnya atau justru memaafkannya dengan syarat, ia datang dengan membawa alasan yang dapat menyelamatkannya. Atau dengan kata lain, hud-hud dapat memastikan bahawa ia melaksanakan tugas yang penting. Sulaiman menunjukkan kemarahan yang besar sehingga siapa pun akan merasa takut. Ketika Sulaiman marah - meskipun beliau terkenal dengan kasih sayangnya - maka kemarahannya kerana membela kebenaran, kemudian beliau dapat melaksanakan ancamannya dengan cara yang mudah. Seekor burung tampak gementar ketakutan melihat kemarahan Sulaiman, lalu beliau menghulurkan tangannya ke burung itu dan memegang-megang kepalanya sehingga burung itu pun merasa tenang dan rasa takutnya hilang.
Sulaiman pergi dari tenda burung itu dan menuju istananya. Sulaiman masih memikirkan keadaan hud-hud. Seharusnya hud-hud menjadi bahagian penting dari badan perisikan. Apakah ia pergi untuk menyingkap sesuatu, atau apakah ia pergi hanya untuk bermain-main? Sulaiman telah memperhatikan dan mengetahui bahawa hud-hud adalah seekor burung yang cerdik dan juga fasih berbicara. Terkadang Sulaiman mendapati hud-hud sedang bermain-main dan menunda pekerjaannya. Sulaiman melihatnya dan hud-hud memakami bahawa ini tidak benar. Sebab, ia tidak boleh mencampur adukkan antara waktu serius dan waktu bermain.

Akhirnya, tidak lama setelah kepergiannya, hud-hud tiba di tenda burung. Burung-burung yang lain berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke tempat tuan kita Sulaiman. Jika ia mengetahui bahawa engkau telah sampai, maka jiwamu benar-benar terancam." Hud-hud terbang dan menemui Sulaiman. Pada waktu itu beliau sedang duduk sambil, makan. Hud-hud berdiri dan telah menetapkan untuk memulai pembicaraan dengan Sulaiman sebelum beliau bertanya kepadanya ke mana dia pergi. Ini sebagai bukti bahawa ia melaksanakan tugas penting. Hud-hud berkata:
"Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata: Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba' suatu berita penting yang diyakini." (QS. an-Naml: 22)
Aku adalah hud-hud yang miskin, tetapi aku mengetahui apa yang tidak engkau ketahui, dan aku telah datang kepadamu dari kerajaan Saba' dengan membawa berita yang sangat penting. Sulaiman tampak terdiam dan menunggu hud-hud menyelesaikan pembicaraannya:
"Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgahsana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk." (QS. an-Naml: 23-24)
Hud-hud diam sejenak dan Sulaiman merasa bahawa hud-hud menunjukkan kefasihan lisannya dan berbicara dengan baik kepadanya. Hud-hud mengemukakan perkataan yang sering disampaikan Sulaiman kepada manusia dan burung:
"Agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai Arasy yang besar." (QS. an-Naml: 25-26)

Jelas sekali bahawa hud-hud mengulangi perkataan pemimpin kita Sulaiman, sebagai usaha terakhir untuk memperoleh kasih sayang Sulaiman dan agar beliau puas dengan penjelasannya itu. Sulaiman berkata sambil menunjukkan senyuman manis di wajahnya:
"Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang- orang yang berdusta." (QS. an-Naml: 27)
Hud-hud ingin mengatakan, aku tidak bohong wahai Nabi yang mulia namun diamnya Sulaiman membuatnya takut, sehingga ia pun terdiam. Sulaiman terdiam kerana berfikir, lalu ia memutuskan sesuatu. Setelah itu, beliau mengangkat kepalanya dan meminta secarik kertas dan pena. Sulaiman segera menulis surat singkat dan menyerahkannya kepada hud- hud serta memerintahkannya:
"Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan." (QS. an-Naml: 28)
Al-Quran al-Karim hanya menceritakan dalam surah an-Naml bagaimana perginya hud-hud dan bagaimana ia menyerahkan surat itu. Lalu, Al- Quran langsung menyebut keadaan kerajaan Balqis yang saat itu ia sedang membaca surat tersebut di depan para pembesar kerajaannya dan para menterinya:
"Berkata ia (Balqis): 'Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat itu, dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)nya: 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. bahawa janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 29- 31)
Dalam surat Sulaiman itu disebutkan, hendaklah mereka menyerahkan diri dan tunduk kepada perintahnya. Sulaiman memerintahkan agar mereka meninggalkan penyembahan terhadap matahari. Sulaiman tidak mempersoalkan akidah mereka dan tidak memuaskan mereka dengan apa pun. Sulaiman hanya memerintahkan bahawa ia berada di atas kebenaran. Bukankah ia didukung kekuatan yang berlandaskan keyakinan yang dimilikinya Sulaiman hanya memerintahkan mereka agar tunduk dan patuh kepadanya. Ratu Saba' menyampaikan surat tersebut di tengah- tengah kaumnya:
"Berkata dia (Balqis): 'Hai putera para pembesar, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majlis(ku).'" (QS. an- Naml: 32)

Sementara itu, reaksi para pembesar istana adalah menentang surat tersebut. Isi surat itu membangkitkan kecongkakan kaum Saba' di mana mereka merasa lebih kuat. Mereka mengetahui bahawa di sana ada orang yang mencuba menentang mereka dan mengisyaratkan peperangan kepada mereka, lalu ia meminta kepada mereka untuk memenuhi syarat- syaratnya sebelum terjadinya peperangan dan kekalahan:

"Mereka menjawab: 'Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu;, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan." (QS. an-Naml: 33)

Para pembesar kaumnya ingin berkata, kita siap untuk melaksanakan peperangan. Tampaknya ratu itu memiliki kebijakan yang lebih baik daripada pembesar kaumnya. Surat Sulaiman itu membuatnya berfikir lebih jernih dan lebih hati-hati. Ia berusaha seboleh mungkin menghindari peperangan. Ratu itu berfikir dalam tempo yang lama. Nama Sulaiman tidak diketahuinya dan ia pun belum pernah mendengarnya. Oleh kerana itu, ratu tidak mengetahui kekuatannya. Boleh jadi Sulaiman memiliki kekuatan yang dahsyat sehingga ia mampu memerangi kekuasaannya dan mengalahkannya. Kemudian ratu memperhatikan apa yang ada di sekelilinginya. Ia melihat kemajuan masyarakatnya dan kekayaannya. Barangkali ia mengira bahawa Sulaiman iri terhadap kemajuan dan kekayaan ini sehingga Sulaiman ingin menyerangnya. Setelah mempertimbangkan isi surat Sulaiman dengan cermat, ratu Saba' memilih untuk tidak bersikap ceroboh. Ratu lebih suka untuk menggunakan bahasa kelembutan. Ia mengirim kepada Sulaiman suatu hadiah yang besar. Ratu mengira bahawa Sulaiman seorang yang ambisius yang boleh jadi ia telah mendengar tentang kekayaan kerajaannya.

Para utusan pergi dengan membawa hadiah dari ratu Saba'. Ratu berharap agar mereka dapat memasuki kerajaan Sulaiman dan akan mengetahui kondisi kerajaannya. Saat mereka pulang, ratu ingin mendengar secara langsung dari mereka tentang keadaan kaum Sulaiman dan pasukannya. Setelah mendapatkan informasi yang cukup, maka si ratu dapat membuat sesuatu keputusan yang tepat. Ratu menyembunyikan apa yang terlintas dalam dirinya lalu ia berbicara kepada pembesar istananya bahawa ia dapat menyingkap niat jahat raja Sulaiman melalui cara mengirim hadiah kepadanya. Ratu lebih memilih cara tersebut dan menunggu reaksi Sulaiman. Ratu berhasil memuaskan para pembesar istananya, dan untuk sementara ia menghilangkan ide berperang, kerana para raja jika menyerang suatu desa, maka pemimpin desa tersebut adalah orang yang paling banyak mendapatkan kehinaan dan cercaan. Akhirnya, para pembesar kaumnya merasa puasa dengan fikirannya itu. Allah s.w.t berfirman:

"Dia berkata: 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, nescaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.'" (QS. an-Naml: 34- 35)

Kemudian sampailah hadiah ratu Balqis ke Nabi Sulaiman. Para badan perisikannya memberitahunya bahawa para utusan Balqis datang dengan membawa hadiah. Sulaiman langsung mengetahui bahawa ratu itu sengaja mengirim orang-orangnya untuk mengetahui atau mendapatkan informasi tentang kekuatannya, lalu setelah itu, ia mengambil keputusan atau sikapnya kepada Sulaiman. Sulaiman segera memanggil semua pasukannya untuk berkumpul.

Utusan Balqis segera memasuki istana Sulaiman yang dipenuhi dengan pasukan besar yang bersenjata. Tiba-tiba, utusan Balqis tampak tercengang ketika melihat kekayaan mereka dan harta mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerajaan Sulaiman. Hadiah mereka tampak tidak berarti. Emas yang mereka bawa tampak tidak berarti saat mereka memasuki istana Sulaiman yang terbuat dari kayu-kayu pohon gaharu yang mengeluarkan bau yang harum serta dihiasi dengan emas. Para utusan Balqis berdiri bersama Sulaiman dan menyaksikan bagaimana Sulaiman mengendalikan pasukannya. Kemudian mereka mulai berfikir tentang kekuatan dan kualiti pasukan Sulaiman. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat di tengah-tengah pasukan itu terdapat singa, burung dan tentera dari kalangan manusia yang mampu terbang. Mereka pun sadar bahawa mereka di hadapan pasukan yang tiada taranya.

Selesailah demonstrasi pasukan Sulaiman. Kemudian para utusan ratu dipersilakan maju ke tempat hidangan, makan. Para utusan itu sangat terkejut ketika melihat berbagai macam, makanan dari penjuru bumi ada di depannya, dan di antara, makanan itu pun terdapat, makanan yang biasa di temukan di negeri mereka, tetapi mereka melihat bahawa, makanan itu memiliki rasa yang istimewa. Selain itu, piring-piring yang ada di depan mereka dan dijadikan tempat, makanan terbuat dari emas dan mereka dilayani oleh laki-laki yang berhias dengan emas, ratu mereka pun tidak mengenakan hiasan itu. Di meja, makan itu terdapat burung, ikan laut dan berbagai macam daging yang mereka tidak mampu lagi membedakannya. Sulaiman tidak makan bersama mereka tetapi beliau, makan dengan menggunakan piring yang terbuat dari kayu. Beliau memakan roti yang kering yang dicampur dengan minyak. Inilah, makanan yang dipilihnya.

Sulaiman, makan bersama mereka dalam keadaan diam. Mereka merasa bahawa kehadiran Sulaiman menciptakan suatu kewibawaan yang luar biasa. Selesailah jamuan, makan itu, lalu dengan sangat malu, mereka menyerahkan hadiah ratu Balqis kepada Sulaiman. Hadiah itu berupa emas. Bagi mereka, hadiah itu sangat bernilai tetapi di sini hadiah ini tampak kecil di hadapan kekayaan yang sangat mengagumkan. Sulaiman memperhatikan hadiah ratu itu dan berkata:

"Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata: 'Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta?, maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu. (QS. an- Naml: 36)

Raja Sulaiman menyingkap dengan kata-katanya yang singkat itu - penolakannya terhadap hadiah mereka. Ia memberitahu utusan itu bahawa ia tidak menerima hadiah tersebut. Ia tidak merasa puas dengan hadiah itu. Yang membuatnya puas hanya: "Janganlah kalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. "

Lalu Sulaiman kembali berkata dengan pelan:

"Kembalilah kepada mereka. Sungguh kami akan mendatangi mereka dengan bala tentera yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba') dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina." (QS. an- Naml: 37)

Sulaiman meninggalkan para utusan ratu itu setelah terlebih dahulu mengancam mereka. Para utusan itu mengharap agar Sulaiman mau menunggu kunjungan ratu Balqis sendiri yang akan membawa misi perdamaian. Akhirnya, sampailah para utusan Balqis ke Saba' mereka segera menuju istana ratu. Mereka memberitahu bahawa negeri mereka ada di hujung tanduk. Mereka menceritakan kepada ratu kekuatan Sulaiman, dan tidak mungkin bagi mereka mampu melawannya. Mereka meyakinkan Balqis bahawa ia harus mengunjunginya dan melihat sendiri. Kemudian ratu menyiapkan dirinya untuk pergi menuju kerajaan Sulaiman. Sulaiman duduk di kerusi kerajaan di tengah-tengah para pembesarnya dan para menterinya serta para komandan pasukan. Beliau berfikir tentang Balqis. Sulaiman mengetahui bahawa Balqis menuju tempatnya. Balqis dikelilingi rasa takut. Sulaiman berfikir sejenak tentang bagaimana matahari disembah. Ia memikirkan bagaimana informasi yang diterima badan perisikannya tentang kemajuan kerajaan Balqis dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Sulaiman bertanya kepada dirinya sendiri, apakah kemajuan menjadi penghalang untuk mengetahui kebenaran, apakah ratu itu gembira dengan kekuatan yang dicapainya dan ia membayangkan bahawa kekuatan adalah?

Dengan kemajuan yang dimilikinya, Sulaiman ingin membuat kejutan agar ratu mengetahui bahawa Islam yang diyakini oleh Sulaiman adalah satu-satunya yang mampu mendatangkan kemajuan dan kekuatan yang hakiki, sehingga ia dapat membandingkan antara keyakinannya dalam menyembah matahari berserta kemajuan yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman juga berserta kemajuan yang diraihnya.

Para perisik Sulaiman telah memberitahunya bahawa hal yang sangat disegani dan dikagumi oleh kaum Balqis adalah kerajaan Saba', yaitu singgahsana ratu Balqis. Singgahsana itu terbuat dari emas dan batu mulia; singgahsana tersebut dijaga oleh para penjaga yang sangat disiplin di mana mereka tidak pernah lalai sedikit pun. Oleh kerana itu, sangat tepat bila Sulaiman menghadirkan singgahsana di sini, di kerajaannya sehingga ketika ratu tiba, maka ia dapat duduk di atasnya. Sulaiman ingin membuat kejutan kepadanya dan menunjukkan bahawa kemampuannya tersebut yang berlandaskan pada keislamannya. Sulaiman melakukan yang demikian itu dengan harapan agar si ratu tunduk kepadanya. Ide ini terlintas dalam diri Sulaiman, lalu ia mengangkat kepalanya dan menoleh kepada anak buahnya:

"Berkata Sulaiman: 'Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgahsananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 38)

Perhatikanlah ungkapan fikiran Nabi Sulaiman tersebut. Semua pemikirannya berkisar tentang keislaman, para penyembah matahari; tentang bagaimana beliau dapat memberikan petunjuk kepada mereka di jalan Allah s.w.t. Yang pertama menjawab pertanyaan Sulaiman itu adalah Ifrit dari kalangan jin yang Allah s.w.t telah menundukkan mereka kepada Sulaiman:

"Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.'" (QS. an-Naml: 39)

Sulaiman berdiri dari tempat duduknya setelah satu jam atau dua jam, namun jin itu berjanji kepadanya untuk menghadirkan singgahsana Balqis sebelum itu. Istana Sulaiman di Palestina sedangkan istana Balqis terletak di Yaman. Jarak antara singgahsana tersebut dan singgahsana Sulaiman lebih dari ribuan juta. Barangkali pesawat yang cepat sekali pun yang kita kenal hari ini tidak akan mampu membawa dan mendatangkan istana itu dalam waktu satu jam. Tetapi masalahnya di sini berhubungan dengan kekuatan jin yang misteri.

Sulaiman tidak mengomentari sedikit pun terhadap apa yang dikatakan oleh Ifrit dari kalangan jin. Tampak ia menunggu tanggapan lain yang mampu menghadirkan singgahsana Balqis yang lebih cepat dari itu. Sulaiman menoleh kepada seseorang di sana yang duduk di atas naungan:

"Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: 'Aku akan membawa singgahsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.', maka tatkala Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: 'Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencuba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat- Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) diriku sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. an-Naml: 40)
Dia berkata: 'Ubahlah baginya singgahsananya;, maka kita akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.'" (QS. an-Naml: 41)

Sulaiman memerintahkan agar dibangun istana yang akan digunakan untuk menyambut Balqis. Sulaiman memilih tempat di laut dan ia memerintahkan agar dibangun suatu istana di mana sebahagian besarnya terdiri dari air laut. Sulaiman memerintahkan agar tanah-tanah itu terbuat dari kaca yang tebal dan kuat sehingga orang yang berjalan di atas istana itu akan membayangkan bahawa di bawahnya ada ikan-ikan yang berwarna dan berenang dan ia melihat rumput-rumput laut yang bergerak.

Akhirnya, selesailah pembangunan istana itu, dan saking bersihnya kaca yang terbuat darinya tanah kamarnya sehingga tampak di sana tidak ada kaca. Hud-hud memberitahu Sulaiman bahawa Balqis telah sampai di dekat kerajaannya. Kemudian Balqis datang. Al-Quran tidak menyebutkan keadaan Sulaiman saat menyambut Balqis, namun Al-Quran justru menunjukkan dua sikap Balqis: pertama, bagaimana sikap Balqis ketika pertama kali melihat singgahsananya yang datang mendahuluinya, padahal ia telah meninggalkan pengawalnya untuk tetap setia menjaga singgasana itu; kedua keadaannya di depan tanah istana yang penuh dengan permata yang berenang di bawahnya ikan-ikan:

"Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: 'Serupa inikah singgahsanamu?' Dia menjawab: 'Seakan-akan singgasana ini singgahsanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri.'" (QS. an-Naml: 42)

Ayat tersebut menggambarkan kondisi dialog antara Sulaiman dan Balqis. Balqis melihat singgahsananya dan ia tercengang saat mengetahui bahawa itu adalah singgahsananya, namun ia kemudian mulai ragu kerana melihat tidak sepenuhnya itu singgahsananya. Jika itu benar-benar singgahsananya, lalu bagaimana ia datang mendahuluinya dan bila bukan singgahsananya, maka bagaimana Sulaiman dapat meniru se persis dan se teliti ini. Sulaiman berkata saat melihat Balqis mengamati singgahsananya: "Apakah ini singgahsanamu?" Setelah mengalami kebingungan sesaat Balqis menjawab: "Sepertinya benar." Sulaiman berkata: "Kami telah diberi ilmu sebelumnya dan kami sebagai orang- orang Muslim."

Melalui penyataannya itu, Sulaiman ingin mengisyaratkan kepada Balqis agar ia membandingkan antara keyakinannya berserta ilmu yang dicapainya dan keyakinan Sulaiman yang Muslim berserta pengetahuan yang diraihnya. Penyembahan terhadap matahari dan pencapaian ilmu yang dicapai oleh Balqis tampak tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ilmu Sulaiman dan keislamannya. Sulaiman telah mendahuluinya dalam bidang ilmu kerana keislamannya. kerana itu, sangat mudah baginya untuk mengungguli Balqis dalam ilmu-ilmu yang lain.

Demikianlah yang diisyaratkan pernyataan Sulaiman kepada Balqis. Ratu Saba' itu mengetahui bahawa ini adalah singgahsananya di mana singgasana itu datang lebih dahulu daripada dirinya. Beberapa bahagian dirinya telah diubah. Saat Balqis masih berjalan menuju tempat Sulaiman, ia berfikir: kemampuan apa yang dimiliki oleh Nabi Sulaiman? Balqis tercengang melihat apa yang disaksikannya yang merupakan buah dari keimanan Sulaiman dan hubungannya dengan Allah s.w.t. Sebagaimana Balqis tercengang ketika melihat kemajuannya dalam bidang pembangunan seni dan ilmu, maka ia lebih kagum lagi saat melihat hubungan yang kuat antara keislaman Sulaiman dan ilmunya serta kemajuannya:

"Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya) kerana sesungguhnya dia terdahulu termasuk orang-orang yang kafir." (QS. an-Naml: 43)

Bergoncanglah dalam benak Balqis ribuan hal. Ia melihat keyakinan kaumnya runtuh di hadapan Sulaiman; ia menyedari matahari yang disembahnya merupakan ciptaan Allah s.w.t di mana Dia menggerakkannya untuk hamba-hamba-Nya. Lalu terbitlah matahari kebenaran pada dirinya. Hatinya diterangi oleh cahaya baru yang tidak akan tenggelam seperti tenggelamnya matahari. Masa keislamannya hanya menunggu waktu. Balqis memilih waktu yang tepat untuk mengumumkan keislamannya. Allah s.w.t berfirman:

"Dikatakan kepadanya: 'Masuklah ke dalam istana.', maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: 'Sesungguhnya ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca.' Berkatalah Balqis: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat lalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.'" (QS. an-Naml: 44)

Dikatakan kepada Balqis masuklah ke dalam istana. Ketika ia masuk, maka ia tidak menyaksikan adanya kaca tetapi ia melihat air sehingga ia mengira akan bersinggungan dengan air laut lalu ia menyingkap sedikit bajunya agar bajunya tidak basah. Sulaiman mengingatkannya - tanpa melihat - agar ia tidak khuatir terhadap pakaiannya kerana pakaiannya tidak akan basah, sebab di sana tidak ada air. Ia sekadar kaca yang halus yang saking halusnya hingga ia tidak tampak. Pada kesempatan itulah Balqis mengumumkan keislamannya. Ia mengakui kelaliman dirinya dan ia menyatakan penyerahan diri kepada Sulaiman dan kepada Allah s.w.t Tuhan alam semesta. Lalu kaumnya pun mengikutinya dan mereka memeluk Islam. Balqis menyedari ia berhadapan dengan penguasa yang terbesar di bumi dan salah satu Nabi Allah s.w.t yang mulia. Untuk pertama kalinya wajah Sulaiman tampak dihiasi dengan senyuman yang menunjukkan kepuasannya sejak Balqis mengunjunginya. Demikianlah, Sulaiman mewujudkan kejayaannya yang hakiki dan menyebarkan cahaya Islam di muka bumi.

Al-Quran tidak menyebutkan kisah Balqis setelah keislamannya. Para ahli tafsir mengatakan bahawa ia menikah dengan Sulaiman. Selain itu, ada yang mengatakan bahawa ia menikah dengan salah satu orang dekat Sulaiman. Ada juga yang mengatakan bahawa sebahagian raja Habsyah adalah keturunan dari buah perkahwinan ini. Kami tidak sependapat dengan semua itu kerana Al-Quran al-Karim tidak menyebutkan semua perincian tersebut. Oleh kerana itu, kami tidak merasa penting untuk menyelami sesuatu yang tidak diketahui oleh seseorang pun.

Sulaiman hidup di tengah-tengah kejayaan dan kemuliaan di muka bumi, kemudian Allah s.w.t menetapkan kematian baginya. Sebagaimana kehidupan Sulaiman berada di puncak kemuliaan dan kejayaan yang penuh dengan keajaiban yang luar biasa, maka kematiannya pun merupakan tanda-tanda kebesaran Allah s.w.t yang penuh dengan keajaiban. Demikianlah bahawa kematiannya sesuai dengan kehidupannya, sesuai dengan kejayaannya. Allah s.w.t berfirman tentang kematian Sulaiman:

"Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahawa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. " (QS. Saba': 14)

 Nabi Sulaiman mewarisi kekuasaan, kenabian, dan hikmah (ilmu) dari Daud. Orang-orang menyebutnya: Sulaiman al-Hakim (Sulaiman yang bijaksana). Kebijaksanaan Nabi Sulaiman tidak terbatas pada keadilannya di tengah-tengah manusia dan kasih sayangnya kepada mereka namun kebijakan Sulaiman juga berlaku di kalangan burung dan binatang lainnya. Nabi Daud juga mengenal bahasa burung, tetapi Sulaiman dapat berbicara dengan bahasa burung, bahkan ia dapat menjadikannya pembantunya. Ketika Nabi Daud bertasbih, maka gunung- gunung dan burung-burung serta binatang-binatang buas pun ikut bertasbih bersamanya bahkan angin pun berhenti untuk mendengarkan tasbih ini, sedangkan Nabi Sulaiman, Allah s.w.t memberinya kurnia lebih dari itu di mana binatang-binatang buas tunduk padanya, begitu juga angin dan burung. Terbukti dari firman Allah yang berbunyi:
"Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: 'Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.' Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata: 'Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu, sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata.'" (QS. an-Naml: 15-16)
Nabi Sulaiman bukan hanya mengetahui masalah tenteranya dari kalangan manusia dan tenteranya dari kalangan burung, namun ia juga menunjukkan kasih sayangnya terhadap semut di mana beliau mendengar bisikannya dan tidak suka untuk menginjaknya. Nabi Sulaiman selalu menundukkan kepalanya ke bumi sebagai bentuk rasa rendah diri dan syukur kepada Allah s.w.t. Pada suatu hari ia berjalan di depan tenteranya dan tiba-tiba ia mendengar suara semut yang berkata kepada temannya dari kalangan semut:
"Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak terinjak oleh Sulaiman dan tenteranya, sedangkan mereka tidak menyedari';, maka dia tersenyum kerana (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: 'Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ke dua orang ibu dan bapakku dan untuk mengerjakan amal soleh yang Engkau redhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang soleh." (QS. an-Naml: 18-19)
 Nabi Sulaiman mampu mendengar bisikan semut yang berbicara dengan sesama mereka, bahkan ia mampu memerintahkan semut tersebut sehingga semut itu taat kepada perintahnya. Pasukan Nabi Sulaiman memiliki kekuatan yang sangat dahsyat di dunia. Belum pernah ada di dunia suatu pasukan yang memiliki kekuatan seperti ini, Kekuatan Nabi Sulaiman berasal dari beberapa kombinasi yang sangat mengagumkan sehingga kerananya ia tidak dapat tertanding. Kekuatan itu terdiri dari manusia, jin, dan burung. Kita mengetahui bahwa jin adalah makhluk Allah s.w.t dan manusia tidak mampu melihatnya atau menghadirkannya atau meminta pertolongannya, sedangkan Sulaiman telah diberi Allah s.w.t kemampuan untuk menundukkan jin dan memperkerjakan mereka sebagai tentera di tengah-tengah peperangan, bahkan ia mampu menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja kasar di kerajaannya saat tidak ada peperangan. Ketika ada pasukan lain yang mencoba melawan pasukan ini, maka mustahil mereka akan merasakan kemenangan. Bahkan pasukan Sulaiman juga diperkuat oleh pasukan burung. Burung di pasukan Sulaiman memerankan tugas penting. Kita mengetahui bahwa peranan informasi saat peperangan adalah hal yang sangat penting. Dari informasi tersebut, pasukan dapat mengetahui keadaan musuhnya. Demikianlah peranan burung pada pasukan Sulaiman. Ia terbang di tengah-tengah musuh kemudian ia kembali kepada Sulaiman untuk menyampaikan berita tentang keadaan musuhnya. Di samping jin dan burung, Allah s.w.t juga menundukkan angin untuk Sulaiman. Nabi Sulaiman dapat memerintah angin dan ia mampu untuk menaiki angin bersama tenteranya.
Sekarang, kita mengetahui bahwa ide adanya pesawat terbang adalah berangkat dari usaha memanfaatkan udara di mana pesawat tersebut dapat terbang di dalamnya meskipun ia lebih berat darinya. Namun sejak dahulu Allah s.w.t memberikan kemampuan ini kepada Sulaiman di mana ia mampu menundukkan angin dan menggunakannya demi kepentingannya. Oleh karena itu, pasukan Sulaiman juga terdiri dari pasukan udara pada saat di mana tak seorang pun memimpikan untuk terbang di udara. Barangkali mukjizat ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman menjadi sebab kejayaan militernya sehingga pasukannya tidak tertanding. Allah s.w.t berfirman:
"Dan dihimpunkan kepada Sulaiman tenteranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib (dalam barisan)." (QS. an- Naml: 17)
"Kemudian Kami tundukkan kepada angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah anugerah Kami;, maka berikanlah (kepada orang lain) atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik." (QS. Shad: 36-40)

Kita akan mengetahui bahawa Sulaiman akan meninggalkan ide untuk menggunakan kuda di tengah-tengah pasukannya setelah ia pada suatu hari dibuatnya lupa pada solat. Ketika Sulaiman meninggalkan kuda dalam rangka mencapai redha Allah s.w.t, maka Dia menggantikannya dengan angin yang bertiup sesuai dengan perintahnya ke mana pun ia pergi dan ke mana pun tempat yang diinginkannya. Di samping senjata udara yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, Allah s.w.t juga memberikan kemampuan yang tak seorang pun dari para nabi mendapatkannya. Yaitu kemampuan untuk memerintah syaitan. syaitan adalah salah satu bahagian dari jin. Ia adalah kelompok yang celaka dari jin. Kelompok ini sebenarnya tidak mampu dikuasai oleh manusia, bahkan jin yang soleh pun tidak dapat mengatur mereka. Adapun Sulaiman, Allah s.w.t telah memberinya kekuasaan untuk menundukkan syaitan dan mempekerjakannya bahkan mengikatnya dengan rantai serta menghukumnya jika ia menentang perintahnya.

syaitan membangun untuk Sulaiman istana dan patung-patung dan alat- alat perang. Bahkan syaitan-syaitan itu menyelam di dasar lautan untuk mengeluarkan permata dan takut untuk Sulaiman. Jika ada di antara syaitan yang menentang perintahnya, maka Nabi Sulaiman mengikatnya dengan rantai. Ini semua menunjukkan kekayaan Sulaiman dan kekuasaannya di mana ia mampu mengatur banyak makhluk di dunia. Tentu kemampuannya itu atas izin atau kehendak dari Tuhannya sebagai mukjizat dari-Nya. Allah s.w.t berfirman:

"Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)." (QS. Saba': 12)

Nabi Sulaiman yang bijaksana adalah penguasa yang tak tertanding di muka bumi. Meskipun memperoleh nikmat-nikmat yang khusus dan agung ini yang Allah s.w.t berikan kepada Sulaiman, beliau tetap menunjukkan sebagai manusia yang paling banyak berzikir kepada-Nya dan manusia yang paling banyak bersyukur di zamannya.
Allah s.w.t berfirman tentang Sulaiman:
"(Sulaiman) sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 30)
"Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kerusinya sebagai tubuh (yang lemah kerana sakit)" (QS. Shad: 34)

Sakit yang diderita Sulaiman membuat dirinya seperti jasad yang tak bernyawa. Kata jasad dalam bahasa Arab diungkapkan atas sesuatu yang kehilangan kehidupan atau kesehatan. Sulaiman berubah menjadi jasad kerana saking kerasnya penyakit yang dideritanya.

"Kemudian ia bertaubat." (QS. Shad: 34)

Lalu Nabi Sulaiman kembali sehat. Ia meminta pertolongan dengan rahmat Allah s.w.t lalu Allah s.w.t menyembuhkannya dan merahmatinya.