Ulasan Novel Karya Gola
Gong dan Tias Tatanka
Keindahan Bersinar pada Waktunya
( Intania Betari Miranda ,
Siswi SMA N 2 Sekayu )
Judul Novel : Hari-hari Angga
Pengarang :
Gola Gong dan Tias Tatanka Tebal buku
: 121 halaman
Penerbit : Senayan
Abadi Publishing
Hari-hari Angga adalah sebuah novel yang
berisi rangkaian cerita dengan beberapa permasalahan yang dialami seorang anak
kecil yang bernama Angga dalam kehidupannya karya Gola Gong dan Tias Tatanka.
Mereka adalah pasangan suami istri yang kini mengelola Rumah Dunia (RD), di kebun
belakang rumah mereka seluas 1.000m2. dengan mengelola Rumah Dunia,
suami istri yang cinta buku ini berharap bisa mengalihkan hal-hal negatif
seperti merokok,tawuran, dan narkoba yang mulai menyerbu anak-anak dan remaja.
Di Rumah Dunia ini, mereka berusaha memindahkan dunia lewat buku.
Gola Gong selain dikenal sebagai
wartawan tanpa surat kabar, novelis, penulis skenario televisi, Ketua Umum
Rumah Dunia, juga menulis sajak. Beberapa sajaknya pernah dimuat di Suara Muhammadiyah, Mitra Desa PR, Republika,
Media Indonesia, Harian Banten, serta Adil.
Juga terkumpul dalam Antologi Jejak Tiga
(1998), Ode kampung(1995), antologi Puisi Indonesia
(KSI-Angkasa,1997) dan kumpulan 7 penyair Serang Bebegig (LiST,1998). Sedangkan Tias Tatanka bercita-cita menjadi
pengarang dan wartawan. Beberapa cerpen dimuat di Buana Minggu dan majalah Amanah.
Sementara puisi-puisinya dikumpulkan dalam Sandhyakalaningtyas(1989)
dan Mahajana (1990) yang diedarkan di kalangan terbatas.
Novel
Hari-hari Angga ini merupakan bagian seri Rumah Dunia. Dalam pengerjaan novel
seri ini, mereka membagi jatah tugas. Mereka sama-sama membuat outline cerita.
Kemudian Tias bertugas mewawancarai anak-anak di Rumah Dunia. Pada bagian
pembuka, novel ini menceritakan seorang anak laki-laki yang bernama Angga. Ia
anak yang bertanggung jawab dan bekerja keras. Ia tinggal bersama kakak,nenek
dan ayahnya di kampung Ciloang, Serang. Ibunya telah meninggak sejak Angga
masih kecil. Kini tinggal nenek dan ayahnya yang mengurusi Angga dan kakaknya. Nenek
yang tua sering sakit-sakitan akibatnya, Angga harus bekerja lebih keras untuk
mengurusi nenek dan mencari uang. Setiap pulang sekolah, Angga memulung di
sekitar tempat tinggalnya. Biasanya Angga memulung bersama Muslim,teman
sebayanya. Uang dari hasil memulung diberikan kepada nenek untuk belanja itu
pun untuk membayar hutang-hutang di warung yang semakin menumpuk. Husni adalah
kakak Angga yang memiliki sifat keras kepala. Kini ia tidak mempunyai biaya untuk
meneruskan sekolahnya ke jenjang SMP. Husni memilih kerja serabutan untuk
membantu menopang ekonomi keluarga.
Dalam
novel Hari-hari Angga, Gola Gong dan Tias Tatanka juga menuliskan dengan apik
ketulusan dan keteguhan Bu chandra yang memberikan pendidikan untuk anak-anak
di sekitarnya berupa perpustakaan yang dapat dikunjungi oleh siapapun.
Peristiwa
lain yang cukup unik adalah Gola Gong dan Tias Tatanka menyelipkan peristiwa keceriaan yang dialami Angga saat ayahnya pulang ke
rumah dan keheranan si Angga saat melihat kakaknya yang mengalami perubahan
pesat mengenai wataknya. Sebelumnya kakak Angga paling anti memulung. Baginya,
itu adalah pekerjaan yang dekat dengan penyakit, membuang-buang tenaga untuk
hasil yang sedikit, dibawah sinar matahari terik yang membuat kulit serasa
terbakar. Menurut Husni juga, hasil pulungan yang harus dikumpulkan lebih dulu
membuat rumah menjadi kotor tapi, entah apa yang ada di benak Angga saat
mengetahui kakaknya akan ikut memulung dan berkata bahwa memulung merupakan pekerjaan
yang halal, sedikit kotor itu biasa. Saat itu juga Angga tersenyum heran. Ia
sangat bersyukur kakaknya kini bisa menghilangkan sifat keras kepalanya.
Karakter
tokoh Hari-hari Angga sebagian besar disampaikan dengan jelas melalui peristiwa
yang khas seperti Husni melunjak dan mengabaikan nenek ketika sedang dinasehati
dan Husni paling anti memulung. Ada juga beberapa peristiwa yang dapat
dijadikan contoh moral kebaikan yang dituliskan oleh Gola Gong dan Tias Tatanka
dalam novel tersebut yaitu peristiwa di terminal ketika Husni menolong ibu-ibu kecopetan yang sebelumnya
ibu itu tidak sadar bahwa dompetnya telah hilang. Kejadian itu begini setelah
mencopet,preman-preman itu pura-pura membuang dompet itu ke tempat sampah.
Kebetulan Husni sedang berdiri di situ. Husni mengambil dompet tersebut dan
mengembalikannya ke ibu itu. Eh, ternyata salah seorang preman melihat lalu
mereka ingin membalas dendam ke Husni. Makanya Husni sembunyi dari
preman-preman tadi. Awalnya si nenek sempat memarahi Husni sebab selama ini
ayah dan nenek tidak pernah mengajari cucunya untuk berbuat haram.
Dalam
Hari-hari Angga juga diselipkan saat-saat Angga, Husni, nenek dan ayahnya
berbincang bersama, saling menceritakan kejadian-kejadian apa saja yang dialami
dimana saat-saat tersebut merupakan mometum kenangan yang sangat berharga yang
kembali dirasakan oleh Angga sejak ibunya telah meninggal.
Amanat
yang dapat dipetik dari karangan novel
ini yaitu : mengajak kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
untuk bekerja keras dengan tidak berpangku tangan dengan orang lain,
mengajarkan kita untuk saling memahami terutama antar saudara, menanamkan sifat
sabar dalam diri manusia, menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, melarang
kita untuk melakukan hal-hal yang haram dan menghormati orang yang lebih tua.
Oleh :
,
0 komentar:
Posting Komentar