Essay PMPP TNI Indonesia

Radikalisme Hangus Terbakar di Tangan PMPP TNI Indonesia
Mahatma Gandhi adalah politikus besar dan pemimpin spiritual di India. Beliau merupakan pionir pergerakan kemerdekaan di India. Prinsip yang Beliau kokohkan adalah Ahimsa atau tanpa kekerasan telah menginspirasi kebebasan dan hak asasi warga negara di dunia. Maka, pantaslah Beliau dikenang sebagai Pejuang perdamaian (http://www.jualanbuku.com).
Biografi tersebut dapat menjadi suatu cerminan bagi bangsa Indonesia untuk melangkah lebih maju dalam mewujudkan perdamaian di tanah air ini. Berbagai macam kriminalitas, radikalisme terjadi di wilayah Indonesia setiap harinya. Berangkat dari semua permasalahan di atas, lalu siapa yang akan bertanggungjawab atas radikalisme yang semakin membelit di tanah air ini ???. Sebenarnya ini semua merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai warga negara yang menempati wilayah Indonesia. Di dalam dunia pertahanan dibentuklah yang namanya TNI, POLRI, warga sipil dan sebagainya. Lalu, apakah itu semua telah menjalankan peranannya masing-masing sehingga terbentuklah keadaan tanah air yang tenteram, nyaman, adil dan damai ?. Sejak tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membentuk Fasdiklat Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten Bogor, Senin (19/12) pagi. Hal ini merupakan suatu cara alternatif untuk mewujudkan perdamaian di negeri ini.
Perdamaian, satu kata yang sangat mahal untuk diperoleh. Kata yang juga merupakan suatu impian bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Namun, itu semua tidak menjadi kendala ataupun hambatan bagi Indonesia untuk meraihnya. Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga saat ini belum pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional adalah tugas yang akan terus dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul aman dan damai sesuai dengan Piagam PBB. "Kita ingin membekali dan meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam batas tertentu Polri, untuk tugas-tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY. Menjawab pertanyaan mengapa Indonesia harus memiliki pusat pemeliharaan perdamaian, Presiden SBY menjelaskan karena intensitas, partisipasi, dan kontribusi Indonesia dalam berbagai tugas-tugas pemeliharaan perdamaian itu sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang sangat aktif untuk berkonstribusi pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY menerangkan. Berdasarkan pemaparan di atas, peran utama yang dapat dilakukan oleh PMPP Indonesia ialah memelihara perdamaian di tanah air ini dahulu karena mengapa, sebelum kita berkontribusi pada misi perdamaian dunia semua itu tidak menutup kemungkinan belum bisa dilaksanakan sepenuhnya, sedangkan fakta yang terjadi di Indonesia masih jauh dari kata damai. Hal ini terbukti dari beberapa radikalisme dan kriminalisme yang terus terjadi di wilayah Indonesia seperti Tragedi Mesuji yang merupakan kisah kerakusan korporasi, ketundukan pemerintah dan ignorance manusia modern. Lalu, di mana letak perdamaian di negeri ini? Apakah bisa dikatakan damai jika faktanya perang saudara terus terjadi di Indonesia. Ironis memang, bahkan sangat menyayat hati. Penegakan hukum di negeri kita tercinta ini amat pincang, berat sebelah. Faktanya, para pendekar hukum kita lebih berani, lebih ganas dan lebih tegas hanya kepada pihak-pihak yang lemah yang tidak punya kekuatan apapun. Seperti  Pencurian sendal jepit dengan terdakwa berinisial AAL (15) seorang siswa SMKN 3 Palu Selatan, Sulawesi Tengah yang sampai ke persidangan, merupakan satu dari sejumlah kasus sepeleh yang menarik perhatian publik. Pasalnya, persoalan curi mencuri sendal jepit adalah hal kecil dan melibatkan keluarga tak mampu secara ekonomi. Tidak ada niat membenarkan tindakannya. Akan tetapi karena yang dicuri adalah sendal jepit milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi Harahap, AAL harus menghadapi jerat pasal 362 KUHP dengan ancaman maksimal tuntutan 5 tahun penjara (http://www.tubasmedia.com). Bukankah ini tidak etis ? coba kita lihat kasus para koruptor yang hanya diberi hukuman penjara 1,5 tahun. Penegakan hukum memang tetap perlu. Tapi unsur edukasinya perlu dipertimbangkan. Proses hukum kepada pihak yang lemah jangan sampai terkesan lebay dan over acting serta tidak manusiawi dan tidak berhati nurani. Hal inilah yang akan digenggam di tangan PMPP Indonesia sebab problematika yang terjadi sekarang membutuhkan solusi yang urgensi untuk dapat diselesaikan, paling tidak dapat meminimalisir radikalisme yang terjadi di tanah air ini. hal Ini dapat memberikan cermina atau gambaran buram sistem hukum dan peradilan di negeri ini sebab sangat memprihatinkan bahkan menyayat dan mengiris hati. Maka dari itu, diperlukan tenaga sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik dengan membentuk peran PMPP TNI sehingga sangat potensial untuk mewujudkan dan memelihara perdamaian di dunia termasuk bangsa sendiri.
Perdamaian dunia merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Beberapa kelompok, berpandangan berbeda tentang apakah damai itu, bagaimana mencapai kedamaian, dan apakah perdamaian benar-benar mungkin terjadi (http://id.wikipedia.org/wiki/Damai). Andaikata seluruh pendekar hukum itu seganas dan segarang menangkap dan mengadili pencuri sendal, pencuri pisang, pencuri kakao dan pencuri semangka, rasanya Presiden SBY tidak perlu membentuk sebegitu banyak lembaga untuk memberantas korupsi. Bukankah itu benar ? Intinya, mau dan beranikah pendekar hukum itu bertindak kepada orang ‘’kuat’’ seperti tindakan kepada yang lemah ? Semoga dan kita tunggu gebrakannya di tahun mendatang.
Dulu kita mengenal bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai. Dunia pun mengakui akan hal itu. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, ramah, peduli serta cinta damai. Namun masih pantaskah sekarang bangsa ini menyandang predikat sebagai bangsa yang santun, ramah, peduli serta cinta damai seperti dahulu kala? (http://sosbud.kompasiana.com). Di sinilah PMPP TNI mengambil alih perannya sebab salah satu peran tersebut ialah memelihara perdamaian dunia. Jika mau sejenak merenung, kini bangsa Indonesia seolah semakin kehilangan jati dirinya. Salah satu yang menjadi ciri khas jati diri bangsa Indonesia ialah cintai damai. Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan, mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia. Menurut penulis sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian itu sulit. Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar terwujud dengan adanya partisipasi dan peran dari semua anggota dunia termasuk PMPP TNI. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Menurut penulis harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia yaitu peran PMPP TNI dalam memelihara perdamaian dunia.




DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Damai (Diakses 16 Mei 2013)

1 komentar:

Jamesdyllano mengatakan...

mbak intania...terus semangat menulis... perlu di ketahui, bahwa PMPPT TNI merupakan fasdiklat bagi calon calon prajurit yang akan di kirim untuk misi perdamaian PBB...

tidak ada kaitanya dengan radikalisme,kasus mesuji dll yang bersifat nasional.
sesuai kepanjangannya pusat misi pasukan perdamaian TNI (PMPP-TNI).

jadi tidak mengurusi keamanan dan ketertiban dalam negeri..

Posting Komentar

Essay PMPP TNI Indonesia

Radikalisme Hangus Terbakar di Tangan PMPP TNI Indonesia
Mahatma Gandhi adalah politikus besar dan pemimpin spiritual di India. Beliau merupakan pionir pergerakan kemerdekaan di India. Prinsip yang Beliau kokohkan adalah Ahimsa atau tanpa kekerasan telah menginspirasi kebebasan dan hak asasi warga negara di dunia. Maka, pantaslah Beliau dikenang sebagai Pejuang perdamaian (http://www.jualanbuku.com).
Biografi tersebut dapat menjadi suatu cerminan bagi bangsa Indonesia untuk melangkah lebih maju dalam mewujudkan perdamaian di tanah air ini. Berbagai macam kriminalitas, radikalisme terjadi di wilayah Indonesia setiap harinya. Berangkat dari semua permasalahan di atas, lalu siapa yang akan bertanggungjawab atas radikalisme yang semakin membelit di tanah air ini ???. Sebenarnya ini semua merupakan tanggungjawab kita bersama sebagai warga negara yang menempati wilayah Indonesia. Di dalam dunia pertahanan dibentuklah yang namanya TNI, POLRI, warga sipil dan sebagainya. Lalu, apakah itu semua telah menjalankan peranannya masing-masing sehingga terbentuklah keadaan tanah air yang tenteram, nyaman, adil dan damai ?. Sejak tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membentuk Fasdiklat Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) di Bukit Merah Putih, Citereup, Sentul, Kabupaten Bogor, Senin (19/12) pagi. Hal ini merupakan suatu cara alternatif untuk mewujudkan perdamaian di negeri ini.
Perdamaian, satu kata yang sangat mahal untuk diperoleh. Kata yang juga merupakan suatu impian bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Namun, itu semua tidak menjadi kendala ataupun hambatan bagi Indonesia untuk meraihnya. Menurut Presiden SBY, situasi keamanan dan perdamaian dunia hingga saat ini belum pernah baik, sehingga pemeliharaan perdamaian internasional adalah tugas yang akan terus dilakukan Indonesia sampai dunia betul-betul aman dan damai sesuai dengan Piagam PBB. "Kita ingin membekali dan meningkatkan kemampuan dan pengalaman TNI, dan dalam batas tertentu Polri, untuk tugas-tugas pemeliharaan perdamaian ini," ujar SBY. Menjawab pertanyaan mengapa Indonesia harus memiliki pusat pemeliharaan perdamaian, Presiden SBY menjelaskan karena intensitas, partisipasi, dan kontribusi Indonesia dalam berbagai tugas-tugas pemeliharaan perdamaian itu sangat tinggi. "Indonesia adalah negara yang sangat aktif untuk berkonstribusi pada misi pemeliharan perdamaian dunia," Presiden SBY menerangkan. Berdasarkan pemaparan di atas, peran utama yang dapat dilakukan oleh PMPP Indonesia ialah memelihara perdamaian di tanah air ini dahulu karena mengapa, sebelum kita berkontribusi pada misi perdamaian dunia semua itu tidak menutup kemungkinan belum bisa dilaksanakan sepenuhnya, sedangkan fakta yang terjadi di Indonesia masih jauh dari kata damai. Hal ini terbukti dari beberapa radikalisme dan kriminalisme yang terus terjadi di wilayah Indonesia seperti Tragedi Mesuji yang merupakan kisah kerakusan korporasi, ketundukan pemerintah dan ignorance manusia modern. Lalu, di mana letak perdamaian di negeri ini? Apakah bisa dikatakan damai jika faktanya perang saudara terus terjadi di Indonesia. Ironis memang, bahkan sangat menyayat hati. Penegakan hukum di negeri kita tercinta ini amat pincang, berat sebelah. Faktanya, para pendekar hukum kita lebih berani, lebih ganas dan lebih tegas hanya kepada pihak-pihak yang lemah yang tidak punya kekuatan apapun. Seperti  Pencurian sendal jepit dengan terdakwa berinisial AAL (15) seorang siswa SMKN 3 Palu Selatan, Sulawesi Tengah yang sampai ke persidangan, merupakan satu dari sejumlah kasus sepeleh yang menarik perhatian publik. Pasalnya, persoalan curi mencuri sendal jepit adalah hal kecil dan melibatkan keluarga tak mampu secara ekonomi. Tidak ada niat membenarkan tindakannya. Akan tetapi karena yang dicuri adalah sendal jepit milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi Harahap, AAL harus menghadapi jerat pasal 362 KUHP dengan ancaman maksimal tuntutan 5 tahun penjara (http://www.tubasmedia.com). Bukankah ini tidak etis ? coba kita lihat kasus para koruptor yang hanya diberi hukuman penjara 1,5 tahun. Penegakan hukum memang tetap perlu. Tapi unsur edukasinya perlu dipertimbangkan. Proses hukum kepada pihak yang lemah jangan sampai terkesan lebay dan over acting serta tidak manusiawi dan tidak berhati nurani. Hal inilah yang akan digenggam di tangan PMPP Indonesia sebab problematika yang terjadi sekarang membutuhkan solusi yang urgensi untuk dapat diselesaikan, paling tidak dapat meminimalisir radikalisme yang terjadi di tanah air ini. hal Ini dapat memberikan cermina atau gambaran buram sistem hukum dan peradilan di negeri ini sebab sangat memprihatinkan bahkan menyayat dan mengiris hati. Maka dari itu, diperlukan tenaga sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik dengan membentuk peran PMPP TNI sehingga sangat potensial untuk mewujudkan dan memelihara perdamaian di dunia termasuk bangsa sendiri.
Perdamaian dunia merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Beberapa kelompok, berpandangan berbeda tentang apakah damai itu, bagaimana mencapai kedamaian, dan apakah perdamaian benar-benar mungkin terjadi (http://id.wikipedia.org/wiki/Damai). Andaikata seluruh pendekar hukum itu seganas dan segarang menangkap dan mengadili pencuri sendal, pencuri pisang, pencuri kakao dan pencuri semangka, rasanya Presiden SBY tidak perlu membentuk sebegitu banyak lembaga untuk memberantas korupsi. Bukankah itu benar ? Intinya, mau dan beranikah pendekar hukum itu bertindak kepada orang ‘’kuat’’ seperti tindakan kepada yang lemah ? Semoga dan kita tunggu gebrakannya di tahun mendatang.
Dulu kita mengenal bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai. Dunia pun mengakui akan hal itu. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang santun, ramah, peduli serta cinta damai. Namun masih pantaskah sekarang bangsa ini menyandang predikat sebagai bangsa yang santun, ramah, peduli serta cinta damai seperti dahulu kala? (http://sosbud.kompasiana.com). Di sinilah PMPP TNI mengambil alih perannya sebab salah satu peran tersebut ialah memelihara perdamaian dunia. Jika mau sejenak merenung, kini bangsa Indonesia seolah semakin kehilangan jati dirinya. Salah satu yang menjadi ciri khas jati diri bangsa Indonesia ialah cintai damai. Ketika ada seseorang ataupun Negara yang lebih suka menyerukan peperangan, mungkin saja hati nuraninya telah mati. Sebab semua yang hati nuraninya masih berfungsi tentu akan memilih perdamaian. Bukankah perdamaian itu tidak sulit dan lebih memberikan harapan? Mengapa harus kita persulit? Sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan, andai saja semua orang dan seluruh Negara di dunia ini mau bersama-sama “saling bergandengan tangan” dan berkomitmen untuk terus menyerukan dan mewujudkan perdamaian dunia. Menurut penulis sudah saatnya kini kita hapuskan paradigma bahwa mewujudkan sebuah perdamaian itu sulit. Kita bersama harus yakin bahwa suatu saat nanti perdamaian dunia akan benar-benar terwujud dengan adanya partisipasi dan peran dari semua anggota dunia termasuk PMPP TNI. Tentu yakin saja tidak cukup dan tidak akan pernah mengubah keadaan. Menurut penulis harus ada upaya-upaya nyata yang kita lakukan bersama Negara-negara di seluruh penjuru dunia yaitu peran PMPP TNI dalam memelihara perdamaian dunia.




DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Damai (Diakses 16 Mei 2013)

1 komentar:

Jamesdyllano mengatakan...

mbak intania...terus semangat menulis... perlu di ketahui, bahwa PMPPT TNI merupakan fasdiklat bagi calon calon prajurit yang akan di kirim untuk misi perdamaian PBB...

tidak ada kaitanya dengan radikalisme,kasus mesuji dll yang bersifat nasional.
sesuai kepanjangannya pusat misi pasukan perdamaian TNI (PMPP-TNI).

jadi tidak mengurusi keamanan dan ketertiban dalam negeri..

Posting Komentar